Postingan

Entri yang Diunggulkan

Harapan yang tak Pernah pupus...eps.11

Gambar
--- Pagi itu, udara terasa segar setelah hujan semalam. Embun masih menempel di ujung daun, dan suara ayam peliharaan mulai ramai di belakang rumah. Gadis itu baru saja selesai menyapu halaman saat ibunya memanggil dari dalam rumah. “Ndok… ada tamu.” Ia melangkah ke ruang tamu dengan langkah santai. Tapi langkahnya terhenti di ambang pintu. Di sana, lelaki itu duduk rapi, mengenakan kemeja putih yang jarang dipakainya, celana hitam, dan wajah yang sedikit pucat mungkin karena gugup. Di sampingnya, ada dua orang: ibunya, dan seorang paman dari kota. Gadis itu tercekat. Pandangan mereka bertemu. Lelaki itu tidak senyum seperti biasa wajahnya serius, tapi matanya tetap hangat. “Aku datang… bukan cuma untuk ngobrol atau ngopi,” katanya pelan. “Aku datang untuk minta izin.” Gadis itu menelan ludah. Matanya mulai berkaca-kaca. “Aku tahu hidup kita nggak mewah, nggak sempurna. Tapi aku mau kita jalanin bareng. Aku mau bangun pagi dan ngelihat kamu lagi masak air. Aku m...

PENGORBANAN SEBUAH JANJI...eps.4

Pagi itu turun dengan perlahan, seperti seseorang yang tak ingin membangunkan rumah yang sedang berduka. Ia bangun tanpa terburu-buru, tanpa mimpi semalam, tanpa beban yang memaksa dada bergetar. Hanya ada keheningan jenis keheningan yang dulu menakutkan, tapi kini terasa seperti ruang kosong yang menunggu diisi sesuatu yang baru. Sudah tiga hari sejak ia kembali. Sudah tiga hari sejak dunia yang ia genggam retak dan pecah tanpa suara. Tiga hari yang awalnya ia kira akan menjadi neraka, tapi justru menjadi cermin yang memantulkan siapa dirinya sebenarnya. Patah hati, rupanya, bukan akhir. Hanya transisi. Hanya ruang untuk bertumbuh. Ia berjalan tanpa tujuan, mengikuti jalan desa yang dulu mengikat kenangan. Melewati pematang sawah yang hijau, udara pagi yang dingin, dan jejak-jejak kecil masa lalu yang bertebaran seperti daun kering. Dulu setiap sudut memanggil sakit. Sekarang hanya memanggil ingatan. Dan ia tersenyum, kecil sekali, hampir tak terlihat. Bukan senyum bahagia. Bukan seny...

PENGORBANAN SEBUAH JANJI...eps.3

Sudah tiga bulan berlalu sejak pesan terakhir yang tak dibalas itu. Di papan kalender kecil di dinding kontrakan, setiap tanggal yang ditandai lingkaran merah kini mulai memudar warnanya. Ia masih menghitung hari bukan karena janji, tapi karena rindu yang belum menemukan ujung. Sore itu, ia menerima kabar dari teman sekampung.                            "Katanya gadismu sering terlihat sama seseorang… yang itu, karibmu sendiri." Kata-kata itu datang ringan, tapi menancap seperti paku di dada. Ia terdiam lama. Lalu tersenyum kecut.                    “Ah, mungkin cuma salah lihat,” katanya pelan. Namun, malam itu, ia tak bisa memejamkan mata. Ia mencoba menulis surat balasan tapi setiap kalimat berhenti di tengah.               "Aku percaya padamu"  terasa terlalu berat, sedangkan              ...

PENGORBANAN SEBUAH JANJI...eps.1

Sore itu, langit berwarna tembaga. Matahari seperti enggan tenggelam, seolah tahu ada dua hati yang sebentar lagi akan berpisah. Di bawah pohon di halaman rumahnya, ia berdiri dengan raut wajah yang sulit disembunyikan antara tekad dan kesedihan.   “Lima bulan saja,” ucapnya pelan. “Lima bulan aku pergi, lalu kembali membawa harapan untuk kita.”   Perempuan di depannya menunduk. Jarinya bermain di ujung kain, menahan getar yang tak bisa diucapkan. “Kenapa harus sejauh itu?” tanyanya nyaris berbisik. “Karena di sini aku tak bisa menjanjikan apa-apa,” jawabnya, menatap lurus ke mata kekasihnya.  “Aku ingin sesuatu yang layak untukmu.”  Suasana hening sejenak. Hanya suara burung sore yang berbalas di kejauhan, seakan ikut menahan napas. Ia melangkah satu langkah lebih dekat.  “Percayalah padaku, aku akan kembali. Aku janji, tidak akan ada yang bisa menggantikanmu di hati ini.” Perempuan itu tersenyum tipis, senyum yang berusaha tegar, tapi matanya basah....

PENGORBANAN SEBUAH JANJI...eps.2

Malam di kota itu tak pernah benar-benar sepi. Lampu-lampu jalan berbaris seperti bintang buatan, dan suara kendaraan menjadi musik yang tak pernah berhenti. Bagi sebagian orang, itu pertanda kehidupan. Bagi dia, itu pengingat bahwa ia jauh dari rumah. Tiga minggu sudah berlalu sejak kepergiannya. Surat-suratnya belum sempat dikirim terlalu lelah setiap pulang dari kerja. Ia bekerja pagi,siang dan malam di salah satu sudut kota, tempat suara jalanan lalulalang beradu jadi irama harian. Tangannya penuh luka kecil, tapi ia selalu tersenyum. Setiap kali hawa aspal jalan yang panas sesekali menyambar, yang ia lihat bukan rasa gerah di badan ,melainkan wajah seseorang yang menunggu di kejauhan. Kadang saat malam turun, ia keluar ke beranda kontrakannya yang sempit. Menatap langit tanpa bintang, ia membayangkan desa nya yang teduh. Bayangan itu sederhana: Gadis itu itu menyapu halaman, menatap jalanan yang kosong, berharap ada bayangan dirinya datang di ujung sore. Tapi seiring waktu, rasa s...

LANGKAH TAK PADAM

Dalam gelap tetap kujaga cita, Langkah lelah namun teguh asa, Raga letih tak menggoyah daya, Jiwa kuat menempuh segala. Lalu datang senja yang tampak megah, Walau hati kadang rasa resah, Langkah berat tetap penuh pasrah, Dalam doa temukan indah. Hingga mentari pagi menyalakan asa, Langkah berat tetap terjaga, Jalan berliku tak buat lara, Keyakinan kuat menuju cita.

RINDU DI ANTARA BINTANG

Rindu yang aku pendam lama, tak pernah benar-benar kurasakan. Begitu juga dengan irama suaramu, kini semakin menjauh, terhempas bersama angin di waktu petang. Jiwa hampa terus memandang bintang-bintang, berharap dirimu ada di sana di antara cahaya yang redup namun setia. Rindu yang kau tinggalkan, tak berjejak, namun membekas perlahan. Aku menulis namamu di awan, tapi awan tak pernah diam, tak tahu cara kembali. Malam tak lagi bicara, bulan yang indah hanya diam, menyaksikan luka yang kutahan. Dan aku, masih di sini... menunggu sesuatu yang tak pasti. Dan jika waktu memaksaku melupakan, biarlah bintang-bintang jadi saksi bahwa aku pernah menunggu, lebih lama dari yang engkau kira.

gunung katombe

Di sebuah desa terpencil, hiduplah seorang pemuda bernama Tertakuterkuter. Ia dikenal pendiam, misterius, dan selalu membawa sabun setiap pagi. Bukan untuk mandi. Bukan untuk cuci tangan. Tapi untuk… membersihkan batang pohon pisang di belakang rumahnya. "Ini ritual, bukan sembarang bersih-bersih," katanya suatu hari ketika warga desa bertanya. Tak ada yang berani protes. Soalnya, setiap habis dia nyabunin batang pisang itu, selalu turun hujan lokal hanya di atas rumahnya. Suatu pagi, seperti biasa, Tertakuterkuter pergi belenha (beli sabun) di warung Mbok Juminah. Tapi saat kembali, dia terpeleset kulit pisang dan... masuk ke dimensi lain. Di sana, semua orang bernama seperti dia. Tertakuterkuter 1, Tertakuterkuter 2, Tertakuterkuter Junior… Semuanya hidup hanya untuk satu misi: Menyabuni batang pohon agar dunia tetap seimbang. Namun… Tanpa sengaja, Tertakuterkuter asli menyabuni batang yang tidak boleh disabuni. Akibatnya? Dunia mulai terbelah antara yang wangi sabun dan ya...